Senin, 16 Maret 2009

Pengembangan SDM Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pengembangan SDM Perpustakaan Perguruan Tinggi

Oleh: I Putu Suhartika

Pendahuluan

Sumber daya manusia (SDM) bukan sebagai alat produksi semata, namun merupakan aset perusahaan, organisasi atau lembaga yang perlu dipelihara dan dikembangkan. SDM (human resources) yang disebut juga dengan modal intelektual (intellectual capital) sangat memegang peranan penting dalam pengembangan suatu organisasi. Optimalisasi fungsi dan peranan SDM mutlak dilakukan melalui pengembangan pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill).

Esensi dasar pengembangan SDM (human resource development) harus menyentuh kebutuhan dasar manusia. Teori tentang tingkat kebutuhan (hierarchy of needs) oleh Maslow meliputi kebutuhan faali, keamanan, sosial, harga diri, dan kebutuhan realisasi diri.

Sejalan dengan hal tersebut, maka pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan sangat perlu dilakukan. SDM perpustakaan khususnya di perguruan tinggi merupakan salah satu komponen utama perguruan tinggi yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan perpustakaan sehingga nantinya dapat membantu pencapaian sasaran perguruan tinggi itu sendiri. Di masa mendatang, SDM perguruan tinggi diharapkan ikut memberikan andil untuk mewujudkan perguruan tinggi bertaraf internasional (world class university)

Makalah ini bermaksud memberikan gambaran mengenai pentingnya pengembangan sumber daya manusia perpustakaan perguruan tinggi. Disamping itu, dengan makalah ini diharapkan para SDM perpustakaan khususnya pustakawan menyadari akan pentingnya profesi ini dalam mewujudkan masyarakat informasi.

Pengertian Profesi

Pengertian profesi sering dikacaukan maknanya dengan pekerjaan. Kita sering mendengar istilah profesi pencuri, buruh bangunan dan sebagainya. Pada dasamya istilah pekerjaan meliputi pengertian yang lebih luas. Pekerjaan (Occupation) adalah setiap aktivitas kerja berimbalan dan tidak berimbalan, sedangkan profesi (profession) adalah pekerjaan dalam pengertian khusus dan dengan persyaratan tertentu (Wirawan, 1993: 130). Lebih rinci, Sulistyo dalam Nelwary, 1997 : 13) memberikan pengertian perofesi sebagai sebuah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori, dan bukan saja dari praktek dan diuji dalam bentuk ujian sebuah universitas atau lembaga yang berwenang dan memberikan hak kepada yang bersangkutan untuk berhubungan dengan kliennya.

Istilah profesi berasal dari kata '"profess" (pengakuan). Istilah pengakuan sudah lama diperkenalkan terutama di kalangan pendeta atau kelompok agama. Layanan yang diberikan dari profesi berdasarkan standar-standar tertentu, seperti pendidikan, pengetahuan, dan sebagainya.

Wirawan (1993: 134-152) menyatakan bahwa persyaratan suatu profesi antara lain (1) pengetahuan dan keterampilan khusus, (2) pendidikan profesi, (3) internship, (4) otoritas dan mandiri, (5) kode etik, (6) perilaku profesional, (7) organisasi profesi, (8) standar, (9) budaya profesi, dan (10) klasifikasi keprofesionalan.

Kepustakawanan dan Profesi

Apakah kepustakawanan itu merupakan profesi? Sebagai acuan jawaban pertanyaan tersebut adalah persyaratan profesi secara umum yang diuraikan seperti di atas. Beberapa kenyataan yang berhubungan dengan kepustakawanan sebagai suatu profesi adalah adanya pengetahuan (ilmu) perpustakaan, spesialisasi ilmu, pendidikan perpustakaan, kode etik pustakawan, persepsi masyarakat terhadap profesi pustakawan, dan organisasi pustakawan. Melihat kenyataan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kepustakawanan merupakan suatu profesi. Walaupun demikian, pro dan kontra mengenai profesi kepustakawanan sudah berlangsung lama.

Profesi kepustakawanan sudah mulai timbul pada akhir abad ke 19. Dalam perkembangannya, profesi ini banyak mendapat tantangan. Banyak pendapat yang meragukan kepustakawanan sebagai profesi. Walaupun demikian, dengan adanya ledakan informasi (information explosion) pada pertengahan abad ke 20, profesi kepustakawanan mulai berkembang pesat. Pustakawan tidak hanya merupakan penjaga buku saja, namun sudah menjadi ahli informasi (information specialist).

Di Indonesia, perkembangan profesi kepustakawanan sudah mendapat dukungan dari Pemerintah. Pengakuan tersebut ditunjukkan dengan pengangkatan pustakawan menjadi pegawai fungsional, bukan administrasi. Walaupun demikian, citra pustakawan Indonesia di masyarakat masih rendah. Masyarakat belum begitu mengenal dan mengerti dengan profesi ini. Konsekuensinya, masyarakat belum banyak memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh pustakawan. Mereka lebih mengenal dan memanfaatkan jasa profesi lain seperti, dokter, pengacara, konsultan, dan sebagainya. Kondisi seperti ini dapat melemahkan eksistensi profesi kepustakawanan.

Tujuan Profesi Kepustakawanan

Konsep masyarakat informasi didasari atas dua hal yaitu (1) masyarakat informasi akan menjadi "a new type of human society" dan (2) pola pengembangan "human society". Waktu lampau yang digunakan sebagai model analogik historis dari "future society". Masyarakat informasi diperkirakan akan tercapai pada abad ke 21 (Masuda, 1986: 11-14).

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa tujuan profesi kepustakawanan adalah menciptakan masyarakat informasi (information society).

Ruang lingkup profesi kepustakawanan akan dapat dipahami jika kita dapat mengkaji profesi tersebut secara mendalam dan terpadu.

Sumber Daya Manusia Perpustakaan

Sumber daya manusia perpustakaan terdiri dari pustakawan (ahli dan terampil), staf administrasi dan tenaga TI atau staf lain yang berminat di bidang perpustakaan. Di dalam pengembangan pustakawan ke depan diharapkan dapat menjadikan pustakawan itu tidak hanya sebagai pustakawan biasa saja namun mempunyai fungsi sebagai information mediator, information expert, dan information manager (Klugkest, 2001: 9-11). Sebagai information mediator, pustakawan diharapkan sebagai penghubung antara peminta informasi (user) dengan sumber-sumber informasi, serta membantu pengguna dalam temu kembali informasi. Sebagai information expert, pustakawan diharapkan mampu berinteraksi dengan teknisi informasi seperti programmer dan web designer di dalam pengembanganinformasi. Dia juga harus mengenal semua aspek-aspek informasi. Akhirnya, sebagai information manager, pustakawan harus mengenal berbagai macam pengelolaan bisnis yang berhubungan dengan perpustakaan.

Isu-isu dalam pembinaan SDM perpustakaan yaitu:

(1) Perlunya pendidikan bagi teknisi perpustakaan (fungsional keterampilan/asisten pustakawan), dan tenaga profesional perpustakaan (fungsional keahlian/pustakawan),

(2) Pengembangan prefesi kepustakawanan deugan menghadiri seminar, diskusi ilmiah, lokakarya, membuat karya tulis, dan sejenisnya,

(3) Penguasaan teknologi informasi,

(4) Pergeseran nilai dan etos kerja yang disebabkan perubahan pola piker

(5) Menyadarkan pustakawan akan pentingnya peranan dan fungsi di era informasi untuk mewujudkan tercapainya masyarakat informasi,

(6) Peralihan pengelolaan perpustakaan konvensional ke perpustakaan elektronik

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia perpustakaan sangat perlu dilakukan dengan melakukan pola pembinaan SDM yang berkelanjutan mengenai pengetahuan dan keterampilan di bidang perpustakaan dan teknologi informasi.

Sesungguhnya dunia perpustakaan sangat erat dengan bidang lain seperti informasi dan komputer, sehingga seringkali kita mendengar kedua istilah itu digabung menjadi perpustakaan dan informasi. Untuk itu, maka para pustakawan sudah saatnya untuk mengetahui bidang-bidang lain tersebut selain bidang perpustakaan. Dengan melakukan hal itu diharapkan keprofesionalisme pustakawan menjadi lebih meningkat.

Hubungan Ilmu Perpustakaan dan Informasi dengan Ilmu Komputer

Secara umum, Ilmu komputer (Ilkom), atau yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Computer Science (CS), adalah ilmu yang mempelajari tentang komputasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software sampai subyek yang lebih konkret seperti dan ). Ilmu komputer mencakup beragam topik berkaitan dengan komputer, dari analisa abstrak algoritma bahasa pemrograman, perangkat lunak, dan perangkat keras. Sebagai suatu disiplin ilmu, Ilmu Komputer berbeda dengan pemrograman komputer, rekayasa perangkat lunak teknik komputer, sekalipun ketiga istilah tersebut sering disalahartikan.

Ilmu Komputer mempelajari apa yang bisa dilakukan oleh program, dan apa yang tidak (komputabilitas dan intelegensia buatan), bagaimana program harus mengevaluasi suatu hasil (algoritma), bagaimana program harus menyimpan dan mengambil bit tertentu dari suatu informasi (struktur data), dan bagaimana program dan pengguna berkomunikasi (antarmuka pengguna dan bahasa pemrograman).

Sehubungan dengan definisi ilmu komputer atau informatika tersebut di atas, maka dengan jelas dapat dikatakan bahwa terdapat keterkaitan antara ilmu komputer tersebut dengan bidang ilmu informasi. Dalam hal ini, ilmu Informasi adalah ilmu yang mempelajari data dan informasi, mencakup bagaimana menginterpretasi, menganalisa, menyimpan, dan mengambil kembali. Ilmu informasi dimulai sebagai dasar dari analisa komunikasi dan basis data.

Keterkaitan kedua bidang ilmu tersebut nampak jelas ketika kita berbicara mengenai sistem Informasi yaitu suatu aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi. Sistem Informasi dapat berupa gabungan dari beberapa elemen teknologi berbasis komputer yang saling berinteraksi dan bekerja sama berdasarkan suatu prosedur kerja (aturan kerja) yang telah ditetapkan, dimana memproses dan mengolah data menjadi suatu bentuk informasi yang dapat digunakan dalam mendukung keputusan.

Secara rinci ilmu informasi mengkaji aspek – aspek berikut:

- Struktur Data

- Representasi penyimpan data

- Enkripsi data

- Kompresi data

- Pengkodean dan Teori Informasi

- Berkas

- Format Berkas

- Sistem Informasi

- Basis Data

- Penyimpanan dan Pengambilan Informasi

- Antarmuka dan presentasi informasi

Kompetensi Pustakawan

Tujuan profesi kepustakawanan untuk menjadikan masyarakat informasi akan menjadi tercapai jika pustakawan yang merupakan pelaku (actor) utama profesi tersebut harus betul-betul mempunyai kompetensi di bidangnya. Kompetensi tersebut merupakan standarisasi atau tolak ukur untuk mengetahui kemampuan seseorang menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolehnnya. Dengan adanya kompetensi tersebut diharapkan kehadiran pustakawan yang berkualitas akan menjadi kenyataan.

Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi di perpustakaan, maka kompetensi pustakawan dapat digolongkan menjadi kompetensi professional dan kompetensi perorangan (Salmubi, 2006: 6). Kompetensi professional pustakawan meliputi:

a. Pengetahuan mendalam akan isi sumber-sumber informasi

b. Pengetahuan tentang subjek-subjek khusus yang relevan dengan kebutuhan clien

c. Menggunakan TI yang tepat untuk mendapatkan, mengorganisasikan dan menyebarkan informasi

d. Mengembangkan layanan informasi secara berkesinambungan

e. Menyediakan instruksi perpustakaan yang excellent dan bermanfaat bagi pemakai

f. Mengembangkan layanan perpustakaan yang berkesinambungan.

Lebih lanjut, Salmubi merinci kompetensi pustakawan berbasis TI meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Memiliki komitment untuk pelayanan excellent

b. Mencari dan menghadapi tantangan dang peluang baru

c. mampu melihat perpustakaan dan layanannya secara komprehensif

d. Mampu membangun kemitraan dan kerjasama

e. Memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif

f. Memiliki kemampuan leadership

g. Memiliki kemampuan merencanakan program yang mengacu skala prioritas

h. mampu membangun professional networking

i. Berpikir positif dan fleksibel terhadap segala perubahan yang terus berlangsung.

T.H.E. Journal (dalam Salmubi, 2006: 8) menyatakan bahwa pustakawan harus mempunyai sekurang-kurangnya 20 jenis skill teknologi informasi yaitu:

1. Word processing skills

2. Spreadsheet skills

3. Database skills

4. Electronic presentation skills

5. Web navigation skills

6. Websites design skills

7. E-mail management skills

8. Digital camera skills

9. Computer network knowledge applicable to your local system

10. File management & windows explorer skills

11. Downloading software from the web (knowledge including e-book)

12. Installing computer software onto a computer system

13. WebCT or blackboard teaching skills

14. Video conference skills

15. Computer-related storage devices (disk, Cds, USB drives, zip disks, DVDs)

16. Scanner knowledge

17. Knowledge of personal digital assistant (PDAs)

18. Deep web knowledge

19. Education copyright knowledge

20. Computer security knowledge

Penutup

SDM Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan salah satu komponen di perguruan tinggi yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan perguruan tinggi.

Pustakawan memang merupakan sebuah profesi yang bersama-sama dengan profesi lain ikut bergerak untuk mencerdaskan masyarakat, sehingga nantinya dapat menjadikan masyarakat informasi (information society). Didalam pengembangan profesi tersebut diharapkan adanya standar yang mampu mengungkapkan kemampuan pustakawan tersebut didalam melaksanakan tugas-tugas profesinya.

Di era perkembangan teknologi informasi (TI) di perpustakaan yang semakin pesat, maka standar kompetensi tesebut akan banyak berhubungan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan TI perpustakaan. Dengan adanya kompetensi itu diharapkan pustakawan berkualitas menjadi kenyataan.

Di samping kompetensi tersebut, profesionalisme pustakawan sangat ditentukan oleh kualitas layanan yang diberikan kepada pengguna. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pustakawan hendaknya menerapkan layanan prima (excellent services) kepada pengguna.

Daftar Pustaka

Hardijanto. Pengembangan Modal Intelektual (Peran Strategik Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia). Makalah pada Kongres dan Seminar Ilmiah Nasional IPI ke * Bandung, 1998

Masuda, Yoneji. Managing in the Information Society. New York: Basil Blackwell, 1986

Nelwaty. Persepsi dan Harapan Pustakawan DKI-Jakarta terhadap Organisasi Profesi IPI. Proposal Tesis, 1997

Purnomo. Manajemen Suinberdaya manusia Perpustakaan Elektronik. Makalah pada Pelatihan Perpustakaan Elektronik di Universitas Gadjah Mada. Jogyakarta, 1999

Salmubi. Kompetensi Pustakawan Berbasis Teknologi Informasi. makalah pada Pelathan manajemen Perpustakaan Digital. Makasar, 2006

Saydam, Gonzali. Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta; Gunung Agung, 1996

S.K. Menpan Tahun 1988, tahun 1988

S.K. Kepala Perpustakaan Nasional RJ No. 72 Tahun 1992

Soedarsono, B. "Intellectual Capital" Titik Pandang Baru dalam Manajemen Makalah pada Kongres dan Seminar Ilmiah Nasional DPI ke *. Bandung, 1998

Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_komputer)

Wirawan. Profesi Kepustakawanan: suatu analisa. Makalah pada Seminar Ikatan Pustakawanan Indonesia. Mataram, 1993

1 komentar:

  1. gold titanium - Titanium Art - Titanium Art | Titanium Art
    gold titanium. gold titanium. gold titanium. gold. 2013 ford focus titanium hatchback gold titanium. gold titanium. gold. gold titanium. gold. gold. titanium. gold. gold. gold. gold. gold. gold. gold. gold. black titanium fallout 76 gold. titanium shift knob gold. titanium teeth dog gold. gold. gold. apple watch stainless steel vs titanium gold. gold. gold. gold. gold. gold. gold.

    BalasHapus